Semua jenis perjalanan tersebut dengan tujuannya masing-masing memerlukan persiapan yang baik, mengingat kegiatan dialam terbuka seperti ini menghadapkan kita pada kondisi alam yang apabila tidak kita ketahui dengan baik akan menghadapkan kita pada keadaan yang dapat membahayakan jiwa kita., dan sebaliknya bila kita memahami akan memberikan kenikmatan pertualangan yang mengasyikkan bagi orang yang berkesempatan untuk berpartisipasi didalamnya.
Untuk merencanakan suatu Perjalanan ke alam bebas Harus ada persiapan dan penyusunan secara matang. ada rumusan yang umum digunakan yaitu 4W & 1 H, yang kepanjangannya adalah Where, Who, Why, When dan How.
Berikut ini aplikasi dari rumusan tersebut:
Where (Dimana), untuk melakukan suatu Kegiatan alam kita harus mengetahui dimana yang akan kita digunakan, Contoh: simabur-pariangan.
Who (Siapa), apakah anda akan melakukan Kegiatan alam tersebut sendiri atau dengan berkelompok.
Contoh: Satu Kelompok ( 25 Personil) Terdiri dari 20 Orang anggota Penuh (panitia) dan 5 Orang anggota muda (peserta).
Why (Mengapa), ini adalah pertanyaan yang cukup panjang jawabannya dan bisa bermacam-macam
Contoh : Untuk melakukan PDCA KE IX
When (Kapan) waktu pelaksanaan Kegiatan tersebut, berapa lama?.
Contoh: 24 Desember 2009 sampai dengan 27 Desember 2009
Dari pertanyaan-pertanyaan 4 W, maka didapat suatu
gambaran sebagai berikut:
pada tanggal 24-27 Desember 2009 akan diadakan PDCA ke IX ,yang akan dilaksanakan oleh 20 panitia dan diikuti 5 orang peserta.
Tempat yang digunakan untuk PDCA tsb yaitu Simabur-Pariangan. Untuk How/Bagaimana merupakan suatu pembahasan yang lebih komprehensif dari jawaban pertanyaan diatas ulasannya adalah sebagai berikut :
• Bagaimana kondisi Tempat
• Bagaimana cuaca disana
• Bagaimana perizinannya
• Bagaimana mendapatkan air
• Bagaimana pengaturan tugas panitia
• Bagaimana Acara PDCA berlangsung
• Bagaimana materi yang disampaikan
• dan masih banyak Bagaimana ? (silahkan anda dapat mengembangkannya lagi)
Dari Jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang timbul itulah kita dapat menyusun Rencana Kegiatan yang didalamnya mencakup rincian :
1. Pemilihan medan, dengan memperhitungkan lokasi basecamp panitia, pembagian waktu dan sebagainya.
2. Pengurusan perizinan
3. Pembagian tugas panitia
4. Persiapan kebutuhan acara
5. kebutuhan peralatan dan perlengkapan
6. dan lain sebagainya.
Empat Kemampuan Bagi Penggiat Alam Terbuka
Banyak kejadian kecelakaan dalam kegiatan dialam terbuka disebabkan kurangnya pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki oleh orang yan melakukan nya. Hal ini merupakan hasil evaluasi dari peristiwa operasi SAR yang dilakukan. Sesungguhnya hal ini dapat dihindari dengan memberikan pembekalan pengetahuan dan keterampilan sehingga parapengiat kegiatandialam terbuka mempunyai kemampuan yang memadai.
Ciolli Mortlok, seorang pakar pendidikan alam terbuka mengkategorikan kemampuan yang diperlukan oleh penggiat dialam terbuka sbb :
Konsep empat kemampuan ini mungkin lebih sederhana kalau kita mempersiapkan diri untuk melakukan kegiatan dialam terbuka keempat kemampuan tersebut dikaitkan dengan kegiatan kita ( dalam hal ini kita ambil kegiatan perjalanan).
Dalam merencanakan dan melakukan perjalanan kita tentunya harus persiapan dengan baik, sehingga kegiatan dapat kita lakukan dengan enak dan aman serta dapat kembali pulang dengan selamat. Setiap pengiat harus membekali diri dengan pengetahuan dan keterampilan untuk mengatasi kesulitan yang mungkin saja muncul.
Tahapan perencanaan perjalanan adalah sebagai berikut :
Penanggung jawab kegiatan perjalanan harus dapat memutuskan apakah situasi dalam perjalanan aman atau berbahaya. Untuk keadaan berbahaya dapat dilakukan pengolongan faktor penyebab bahaya yaitu :bahaya subjektif dan bahaya objektif.
Bahaya subjektif adalah potensi bahaya yang berada dibawah kendali manusia yang melakukan kegiatan, contohnya pemilihan alat yang salah, cara penggunaan perlengkapan yang tidak dikuasai dengan baik, pemilihan jenis perjalanan yang tidak tepat untuk para pesertanya, dll.
Bahaya objektif adalah yang berada di luar kendali manusia, misalnya badai, banjir, panas, dll.
Semakin subjektif suatu bahaya, maka semakin dapat diperkirakan terjadinya dan dapat dihindarkan, sebaliknya semakin subjektif suatu bahaya, maka akan semakin sukar diperkirakan dan sukar dihindarkan. Para pemula dalam kegiatan dialam terbuka mempunyai kecendrungan untuk berada dalam daerah bahaya subjektif.
Kecelakaan dapat saja terjadi pada setiap orang, namuntak disangkal lagi bahwa kebanyakan kecelakaan yang terjadi diakibatkan oleh bahaya objektif. Kejadian seperti melakukan perjalanan penelusuran sungai berarus deras dengan tingkat kesulitan class IV untuk tim yang baru turun 2 kali diCitarum, termasuk didalamnya. Dari hal tersebut dapat kita simpulkan bahwa hamper semua kecelakaan dapat dihindarkan.
Oleh karena itu setiap peserta perjalanan harus berlatih dan waspada bahwa kecelakaan dapat terjadi sewaktu-waktu.
Aturan dalam safety adalah kewaspadaan dan penanganan yang tepat pada saat bahaya. Perlu sekali ditekankan bahwa sebagian besar kecelakaan dapat dihindarkan, namun jangan beranggapan semua jawaban dari permasalahan bahaya dapat kita ketehui terlebih dahulu. Sehingga keberhasilan dalam menangani keadaan yang berbahya lebih banyak disebabkan oleh perencanaan yang hati-hati dan penanganan yangtepat, bukan karena keberuntungan. Pemahaman mengenai berbagai keadaan bahaya dan detail teknis penanganan harus ditanamkan pada penggiat alam terbuka.
Faktor Perencanaan Perjalanan
Sebelum membahas faktor-faktor dalam perencanaan suatu perjalanan mari kita amati bagai mana suatu perjalanan dilakukan.
Ide suatu perjalanan biasanya muncul dari satu orang dengan tujuan umum tertentu, ide itu kemudian didiskusikan dengan orang yang tertarik, sehingga kemudian tujuan perjalanan itu semakin diperjelas. Perlu diingat bahwa sebelum pembentukan tim atau pemilihan personil serta menginformasikan kepihak lain, penanggungjawab ide haruslah mengerti betul mengenai bentuk dan tujuan perjalanan yang diusulkan.
Faktor perencanaan yang perlu menjadi acuan dalam perjalan adalah sbb :
1. Faktor Alam,
Faktor alam mencakup pemahaman mengenai lokasi tujuan, medan yang akan dihadapi, iklim daerah yang dituju, dan hal lain yang berkiata dengan melakukan studi literature yang kuat, informasi dari pemerintah setempat, hubungan dengan badan yang terkait seperti: Badan Meterologi dan Geofisika. Dengan mengetahui semua hal tersebut dapat direncanakan waktu(musim) yang tepat untuk melakukan perjalanan serta dapat dipilih rute perjalanan yang lebih baik dan sesuai dengan keinginan.
2. Faktor Peserta,
Adalah hal yang berhubungan dengan personil perjalanan, mencakup pemilihan personil, kepeminpinan, hirarki, deskripsi kerja serta tanggung jawab para perserta perjalanan. Dalam kegiatan perjalanan dialam terbuka perlu ditekankan mengenai pemimpin atau selanjutnya kitasebut leader. Kepemimpinan dari suatu perjalanan (ekspedisi)adalah lebih banyak merupakan tanggung jawab individu dan banyak keadaan kegiatan di alam terbuka ini menempatkan leader sebagai pengambil keputusan yang sering harus diambil segera.
Oleh karena itu merupakan hal yang esensial bagi seorang pemimpin untuk merasa ‘in command’. Hal ini harus ditanamkan sejak awal. Leader-lah yang dapat membuat suatu perjalanan dapat berjalan dengan baik. Suatu pengelolaan perjalanan dialam terbuka tidak dapat terlaksanadengan baik bila dipimpin oleh sekelompok orang (komite). Bagaimanapun juga sekelompok orang yang mendukung leader sangat membantu.
Dalam materi perencanaan perjalanan ini meskipun hanya dibahas perencanaan untuk kelompok kecil (regu), perlu dipahami bahwa kerjasama efektif di alam terbuka tercipta dalam kelompok kecil (regu).
Brathay Expedition, sebuah lembaga ekspedisi inggris menetapkan 3 sampai 6 orang untuk satu kelompok kecil yang efektif. Sebesar bagaimanapun ekspedisi dilakukan, selalu dilakukan kegiatan dalam basis pembagian menjadi kelompok yang lebih kecil.Mengenai kemampuan peserta secara umum telah diberikan pada pembahasan terdahulu, sedangkan secara khusus akan sangat bergantung pada jenis perjalanan dilakukan. Satu hal yang dapat dijadikan dasar pemikiran adalah ‘Kekuatan dari rantai baja terletak pada mata rantai yang paling lemah.
3. Faktor Pengelenggaraan
Pengelenggaraan dalam perjalanan mencakup permasalahan faktor teknis dan non teknis. Pada perjalanan yang besar (ekspedisi), ada faktor semi-teknis
Faktor teknis
Adalah permasalahan daya upaya operasi yangberhubungan langsung dengan tingkat kesulitan medan. Yang termasuk hal teknis adalah penyiapan kemampuan personil, skenario dalam sistem operasi, pemilihan perlengkapan dan perbakalan, sistem pendokumentasian, serta hal yang berkaitan dengan masalah safety.
Faktor non-teknis,
Adalah permasalahan daya dukung operasi yang tidak berhubungan langsung dengan tingkat kesulitan medan. Daya dukung ini mencakup masalah administrasi organisasi (dana, ijin, publikasi, sekretariat) dan pendukung operasi-global (komunikasi global, akomodasi kota, transpotasi global.
Faktor semi-teknis (untuk ekspedisi besar dan kompleks)
Adalah permasalahan daya tunjang operasi yang berhubungan langsung dengan tingkat kesulitan medan, namun bersifat non teknis (komunikasi, base camp team, advance team,take in & out team , rescue team, delivery team). Faktor ini berada diantara faktor teknis dan non teknis.Faktor-faktor diatas akan merupakan acuan untuk menentukan tingkat kesulitan perjalanan. Acuan faktor teknis adalah kesiapan si peserta mengatasi kesulitan medan perasi. Acuan faktor non teknis adalah kesiapan peserta menghadapi daya-dukung operasi. Acuan faktor semi-tenis adalah kesiapan mengantisipasi daya dukung operasi dengan memperhitungkan pula kesulitan medan operasinya.
Dari tulisan yang sedikit ini semoga para siswa dapat memahami pentingnya persiapan perjalanan, serta dapat mempertimbangkan semua aspek yang ada dalam persiapan suatu kegiatan di alam terbuka pada umumnya dan kegiatan perjalanan pada khususnya, dalam hal ini perjalanan berskala kecil yang merupakan dasar dari manajemen kegiatan berskala lebih besar. Kerumitan yang seakan menjadi beban dalam persiapan perjalanan tentunya tidak menyurutkan semangat kita untuk bertualang. Tetaplah ingat bahwa apapun tujuan perjalanan yang akan kita lakukan, kita ingin kembali pulang dengan selamat.
Untuk merencanakan suatu Perjalanan ke alam bebas Harus ada persiapan dan penyusunan secara matang. ada rumusan yang umum digunakan yaitu 4W & 1 H, yang kepanjangannya adalah Where, Who, Why, When dan How.
Berikut ini aplikasi dari rumusan tersebut:
Where (Dimana), untuk melakukan suatu Kegiatan alam kita harus mengetahui dimana yang akan kita digunakan, Contoh: simabur-pariangan.
Who (Siapa), apakah anda akan melakukan Kegiatan alam tersebut sendiri atau dengan berkelompok.
Contoh: Satu Kelompok ( 25 Personil) Terdiri dari 20 Orang anggota Penuh (panitia) dan 5 Orang anggota muda (peserta).
Why (Mengapa), ini adalah pertanyaan yang cukup panjang jawabannya dan bisa bermacam-macam
Contoh : Untuk melakukan PDCA KE IX
When (Kapan) waktu pelaksanaan Kegiatan tersebut, berapa lama?.
Contoh: 24 Desember 2009 sampai dengan 27 Desember 2009
Dari pertanyaan-pertanyaan 4 W, maka didapat suatu
gambaran sebagai berikut:
pada tanggal 24-27 Desember 2009 akan diadakan PDCA ke IX ,yang akan dilaksanakan oleh 20 panitia dan diikuti 5 orang peserta.
Tempat yang digunakan untuk PDCA tsb yaitu Simabur-Pariangan. Untuk How/Bagaimana merupakan suatu pembahasan yang lebih komprehensif dari jawaban pertanyaan diatas ulasannya adalah sebagai berikut :
• Bagaimana kondisi Tempat
• Bagaimana cuaca disana
• Bagaimana perizinannya
• Bagaimana mendapatkan air
• Bagaimana pengaturan tugas panitia
• Bagaimana Acara PDCA berlangsung
• Bagaimana materi yang disampaikan
• dan masih banyak Bagaimana ? (silahkan anda dapat mengembangkannya lagi)
Dari Jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang timbul itulah kita dapat menyusun Rencana Kegiatan yang didalamnya mencakup rincian :
1. Pemilihan medan, dengan memperhitungkan lokasi basecamp panitia, pembagian waktu dan sebagainya.
2. Pengurusan perizinan
3. Pembagian tugas panitia
4. Persiapan kebutuhan acara
5. kebutuhan peralatan dan perlengkapan
6. dan lain sebagainya.
Empat Kemampuan Bagi Penggiat Alam Terbuka
Banyak kejadian kecelakaan dalam kegiatan dialam terbuka disebabkan kurangnya pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki oleh orang yan melakukan nya. Hal ini merupakan hasil evaluasi dari peristiwa operasi SAR yang dilakukan. Sesungguhnya hal ini dapat dihindari dengan memberikan pembekalan pengetahuan dan keterampilan sehingga parapengiat kegiatandialam terbuka mempunyai kemampuan yang memadai.
Ciolli Mortlok, seorang pakar pendidikan alam terbuka mengkategorikan kemampuan yang diperlukan oleh penggiat dialam terbuka sbb :
- Kemampuan Teknis, yang berhubungan dengan ritme dan keseimbangan gerakan serta efesiensi penggunaan perlengkapan.
- Kemampuan Kebugaran, mencangkup kebugaran spesifik yang dibutuhkan untuk kegiatan tertentu, kebugaran jantung dansirkulasinya, serta kemampuan pengkondisian tubuhnya terhadap tekanan lingkungan alam.
- Kemampuan Kemanusiaan, yaitu mengembangkan sikap positif kesegalaaspek untuk meningkatkan kemampuan. Hal ini mencangkup determinasi, percaya diri, kesabaran, konsentrasi, analisa diri, kemandirian, serta kemampuan untuk memimpin dan dipimpin.
- Kemampuan Pemahaman lingkungan, yaitu pengembangan kewaspadaan terhadap bahaya dari lingkungan yang spesifik.
Konsep empat kemampuan ini mungkin lebih sederhana kalau kita mempersiapkan diri untuk melakukan kegiatan dialam terbuka keempat kemampuan tersebut dikaitkan dengan kegiatan kita ( dalam hal ini kita ambil kegiatan perjalanan).
Dalam merencanakan dan melakukan perjalanan kita tentunya harus persiapan dengan baik, sehingga kegiatan dapat kita lakukan dengan enak dan aman serta dapat kembali pulang dengan selamat. Setiap pengiat harus membekali diri dengan pengetahuan dan keterampilan untuk mengatasi kesulitan yang mungkin saja muncul.
Tahapan perencanaan perjalanan adalah sebagai berikut :
- Pertama, kita harus dibekali kemampuan untuk memilih, mengatur serta menggunakan perlengkapan dan perbekalan, kemampuan teknis menggunakan alat Bantu perjalanan (misal untuk gunung hutan : peta dan kompas), kemampuan berkemah (berbivak, membuat api, dll)
- Kedua, diperlukan kemampuan fisik yang baik, sehingga selain diperlukan kemampuan tubuh yang sehat juga diperlukan latihan fisik sesuai dengan kegiatan yang akan dilakukan, misal : ORAD, pendakian tebing, dll
- Ketiga, diperlukan mental yang siap menghadapi kegiatan berat di alam
- Keempat, diperlukan pemahaman yang lebih terhadap kondisi alam yang akan dihadapi dan mencakup bagaimana memilih waktu yang tepat untuk melakukan kegiatan dihubungkan dengan lokasi, musim, serta juga pengetahuan lingkungan medan yang akan ditempuh dan bagaiman cara mengantisipasi kesulitan yang akan timbul.
Penanggung jawab kegiatan perjalanan harus dapat memutuskan apakah situasi dalam perjalanan aman atau berbahaya. Untuk keadaan berbahaya dapat dilakukan pengolongan faktor penyebab bahaya yaitu :bahaya subjektif dan bahaya objektif.
Bahaya subjektif adalah potensi bahaya yang berada dibawah kendali manusia yang melakukan kegiatan, contohnya pemilihan alat yang salah, cara penggunaan perlengkapan yang tidak dikuasai dengan baik, pemilihan jenis perjalanan yang tidak tepat untuk para pesertanya, dll.
Bahaya objektif adalah yang berada di luar kendali manusia, misalnya badai, banjir, panas, dll.
Semakin subjektif suatu bahaya, maka semakin dapat diperkirakan terjadinya dan dapat dihindarkan, sebaliknya semakin subjektif suatu bahaya, maka akan semakin sukar diperkirakan dan sukar dihindarkan. Para pemula dalam kegiatan dialam terbuka mempunyai kecendrungan untuk berada dalam daerah bahaya subjektif.
Kecelakaan dapat saja terjadi pada setiap orang, namuntak disangkal lagi bahwa kebanyakan kecelakaan yang terjadi diakibatkan oleh bahaya objektif. Kejadian seperti melakukan perjalanan penelusuran sungai berarus deras dengan tingkat kesulitan class IV untuk tim yang baru turun 2 kali diCitarum, termasuk didalamnya. Dari hal tersebut dapat kita simpulkan bahwa hamper semua kecelakaan dapat dihindarkan.
Oleh karena itu setiap peserta perjalanan harus berlatih dan waspada bahwa kecelakaan dapat terjadi sewaktu-waktu.
Aturan dalam safety adalah kewaspadaan dan penanganan yang tepat pada saat bahaya. Perlu sekali ditekankan bahwa sebagian besar kecelakaan dapat dihindarkan, namun jangan beranggapan semua jawaban dari permasalahan bahaya dapat kita ketehui terlebih dahulu. Sehingga keberhasilan dalam menangani keadaan yang berbahya lebih banyak disebabkan oleh perencanaan yang hati-hati dan penanganan yangtepat, bukan karena keberuntungan. Pemahaman mengenai berbagai keadaan bahaya dan detail teknis penanganan harus ditanamkan pada penggiat alam terbuka.
Faktor Perencanaan Perjalanan
Sebelum membahas faktor-faktor dalam perencanaan suatu perjalanan mari kita amati bagai mana suatu perjalanan dilakukan.
Ide suatu perjalanan biasanya muncul dari satu orang dengan tujuan umum tertentu, ide itu kemudian didiskusikan dengan orang yang tertarik, sehingga kemudian tujuan perjalanan itu semakin diperjelas. Perlu diingat bahwa sebelum pembentukan tim atau pemilihan personil serta menginformasikan kepihak lain, penanggungjawab ide haruslah mengerti betul mengenai bentuk dan tujuan perjalanan yang diusulkan.
Faktor perencanaan yang perlu menjadi acuan dalam perjalan adalah sbb :
1. Faktor Alam,
Faktor alam mencakup pemahaman mengenai lokasi tujuan, medan yang akan dihadapi, iklim daerah yang dituju, dan hal lain yang berkiata dengan melakukan studi literature yang kuat, informasi dari pemerintah setempat, hubungan dengan badan yang terkait seperti: Badan Meterologi dan Geofisika. Dengan mengetahui semua hal tersebut dapat direncanakan waktu(musim) yang tepat untuk melakukan perjalanan serta dapat dipilih rute perjalanan yang lebih baik dan sesuai dengan keinginan.
2. Faktor Peserta,
Adalah hal yang berhubungan dengan personil perjalanan, mencakup pemilihan personil, kepeminpinan, hirarki, deskripsi kerja serta tanggung jawab para perserta perjalanan. Dalam kegiatan perjalanan dialam terbuka perlu ditekankan mengenai pemimpin atau selanjutnya kitasebut leader. Kepemimpinan dari suatu perjalanan (ekspedisi)adalah lebih banyak merupakan tanggung jawab individu dan banyak keadaan kegiatan di alam terbuka ini menempatkan leader sebagai pengambil keputusan yang sering harus diambil segera.
Oleh karena itu merupakan hal yang esensial bagi seorang pemimpin untuk merasa ‘in command’. Hal ini harus ditanamkan sejak awal. Leader-lah yang dapat membuat suatu perjalanan dapat berjalan dengan baik. Suatu pengelolaan perjalanan dialam terbuka tidak dapat terlaksanadengan baik bila dipimpin oleh sekelompok orang (komite). Bagaimanapun juga sekelompok orang yang mendukung leader sangat membantu.
Dalam materi perencanaan perjalanan ini meskipun hanya dibahas perencanaan untuk kelompok kecil (regu), perlu dipahami bahwa kerjasama efektif di alam terbuka tercipta dalam kelompok kecil (regu).
Brathay Expedition, sebuah lembaga ekspedisi inggris menetapkan 3 sampai 6 orang untuk satu kelompok kecil yang efektif. Sebesar bagaimanapun ekspedisi dilakukan, selalu dilakukan kegiatan dalam basis pembagian menjadi kelompok yang lebih kecil.Mengenai kemampuan peserta secara umum telah diberikan pada pembahasan terdahulu, sedangkan secara khusus akan sangat bergantung pada jenis perjalanan dilakukan. Satu hal yang dapat dijadikan dasar pemikiran adalah ‘Kekuatan dari rantai baja terletak pada mata rantai yang paling lemah.
3. Faktor Pengelenggaraan
Pengelenggaraan dalam perjalanan mencakup permasalahan faktor teknis dan non teknis. Pada perjalanan yang besar (ekspedisi), ada faktor semi-teknis
Faktor teknis
Adalah permasalahan daya upaya operasi yangberhubungan langsung dengan tingkat kesulitan medan. Yang termasuk hal teknis adalah penyiapan kemampuan personil, skenario dalam sistem operasi, pemilihan perlengkapan dan perbakalan, sistem pendokumentasian, serta hal yang berkaitan dengan masalah safety.
Faktor non-teknis,
Adalah permasalahan daya dukung operasi yang tidak berhubungan langsung dengan tingkat kesulitan medan. Daya dukung ini mencakup masalah administrasi organisasi (dana, ijin, publikasi, sekretariat) dan pendukung operasi-global (komunikasi global, akomodasi kota, transpotasi global.
Faktor semi-teknis (untuk ekspedisi besar dan kompleks)
Adalah permasalahan daya tunjang operasi yang berhubungan langsung dengan tingkat kesulitan medan, namun bersifat non teknis (komunikasi, base camp team, advance team,take in & out team , rescue team, delivery team). Faktor ini berada diantara faktor teknis dan non teknis.Faktor-faktor diatas akan merupakan acuan untuk menentukan tingkat kesulitan perjalanan. Acuan faktor teknis adalah kesiapan si peserta mengatasi kesulitan medan perasi. Acuan faktor non teknis adalah kesiapan peserta menghadapi daya-dukung operasi. Acuan faktor semi-tenis adalah kesiapan mengantisipasi daya dukung operasi dengan memperhitungkan pula kesulitan medan operasinya.
Dari tulisan yang sedikit ini semoga para siswa dapat memahami pentingnya persiapan perjalanan, serta dapat mempertimbangkan semua aspek yang ada dalam persiapan suatu kegiatan di alam terbuka pada umumnya dan kegiatan perjalanan pada khususnya, dalam hal ini perjalanan berskala kecil yang merupakan dasar dari manajemen kegiatan berskala lebih besar. Kerumitan yang seakan menjadi beban dalam persiapan perjalanan tentunya tidak menyurutkan semangat kita untuk bertualang. Tetaplah ingat bahwa apapun tujuan perjalanan yang akan kita lakukan, kita ingin kembali pulang dengan selamat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar